Kamis, 25 Januari 2018

Menguak Potensi Sektor Pariwisata Kota Sungai Terindah di Indonesia



“Orang yang berkunjung atau bahkan tinggal ke Banjarmasin termasuk orang yang begitu beruntung!”, begitu kira-kira kesimpulan saya usai live in selama beberapa bulan dalam rangka pengembangan potensi sektor ekonomi kreatif di kawasan berjuluk kota seribu sungai ini. Kalau ditanya kenapa, saya akan menjawab dengan cukup santai, “Dimana lagi orang dapat menikmati peradaban sungai yang masih begitu asri selain di kota ini? Pun jika ada, rasa-rasanya tak ada kota lain di Indonesia yang wilayahnya dialiri hingga 102 sungai. Belum lagi warisan kanalnya tercatat dalam sejarah irigasi dunia, pun begitu terkenal hingga ke Benua Biru di Eropa sana”. Begitu kira-kira.

Peradaban Sungai yang Masih Begitu Asri di Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)



Banjarmasin disebut kota seribu sungai bukan saja karena keberadaan ratusan sungai yang menggenggam kota dengan begitu mesra, namun keberadaan ratusan kanal pula jugalah yang menjadikan kota ini bak dialiri ribuan sungai. Warisan kanal yang dibuat secara manual menggunakan papan kayu ulin atau lempengan baja sepanjang 35 cm bernama sundak inilah yang membuat wisata kanal di Tanah Banua (red:Banjarmasin) begitu terkenal hingga Benua Biru di Eropa saja. Tak sedikit turis asing yang datang ke Banjarmasin untuk menikmati wisata kanal. Sebuah genre wisata yang mungkin tidak banyak diketahui oleh wisatawan di negeri sendiri. 

Warisan Peradaban Sungai di Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)

Selain jejak peradaban sungai yang tergambar melalui belasan rumah papan khas Banjar, jukung (perahu dayung tradisional khas Pulau Kalimantan) hingga pasar terapung, Banjarmasin juga kaya akan ragam hias yang begitu rupawan. Tengok saja Masjid Sultan Surianysah, Masjid Jami, Pelabuhan Lama Kuin, Pasar Lama hingga kampung-kampung unik khas Banjarmasin yang menawarkan wisata apa adanya seperti Kampung Kalayan dan Kampung Muara Beras. Belum lagi ragam wadai (kue) juga kuliner yang diolah dari perpaduan komoditi lokal seperti beras gambut dan ikan khas Banjar hingga menghasilkan kuliner legendaris seperti lontong orari, soto banjar, ketupat kandangan juga nasi goreng spesial khas Banjar. Perpaduan peradaban lintas budaya yang begitu unik inilah yang ditawarkan dan hanya dapat dinikmati di Banjarmasin, bukan di daerah lain.

“Tamu kami berasal dari berbagai negara Mbak. Selain melayani wisatawan lokal, seringkali kami menerima turis mancanegara. Ada yang dari Malaysia, Jepang, Denmark, Inggris, Jerman hingga Belanda”, terang Pak Yusuf, salah satu pramuwisata yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Kalimantan Selatan (HPI Kalsel) beberapa waktu yang lalu. Maklum saja, dalam program pengembangan potensi ekonomi kreatif yang saya kerjakan bersama 12 kawan lintas profesi beberapa bulan lalu tersebut menempatkan HPI Kalsel sebagai salah satu kolaborator kami di Banjarmasin. 

Sejak survei data yang dilanjutkan dengan survei potensi ekonomi kreatif di Banjarmasin, kami meyakini bahwasanya sektor wisata sungai berbasis komunitaslah yang dapat menjadi pintu pembuka sekaligus perantara yang tepat dalam mengembangkan potensi ekonomi kreatif di Banjarmasin, tidak terkecuali dalam peningkatan ekspor jasa di Tanah Banua. Selain didasarkan pada landasan regulasi dan kebijakan pemerintah, mulai dari Peraturan Wali Nomor 25 Tahun 2016 tentang wisata susur sungai, wisata sungai berbasis komunitas juga selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016 -2021 yang mengusung tema “Kayuh Baimbai” menuju Banjarmasin BAIMAN (Bertakwa, Aman, Indah, Maju, Amanah dan Nyaman).

Visi Kota Banjarmasin yang ingin menjadikan Banjarmasin sebagai gerbang ekonomi di Pulau Kalimantan, kota sungai terindah juga kota layak huni ini juga diperkuat oleh Kebijakan Direktorat Penataan Kawasan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Badan Pertahanan Nasional) yang menjadikan Banjarmasin sebagai percontohan kota tematik. Gagasan pengembangan ciri khas kota berdasarkan potensi alam dan sumber daya manusia ini tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kebijakan yang dapat menjamin keberlanjutan kota secara sosial budaya, namun bertujuan pula menarik minat wisatawan dan investor dalam rangka membangun sekaligus pertumbuhan ekonomi kota.

Kalau potensi di sektor wisata dapat digarap dengan baik, niscaya produk khas Banjarmasin seperti produk fashion berbahan sasirangan dan kerajinan purun dapat di-delivery pada segmen pasar yang lebih “atas”, jelas dan luas. Terkait hal ini, tentu Banjarmasin perlu banyak berbenah mulai dari menyediakan dermaga transit yang nyaman dan aman hingga eksposure destinasi wisata khas Banjar yang jarang terekspose media. Maklum saja, hingga saat ini Banjarmasin masih diidentikkan dengan Pasar Terapung Lok Baintan maupun Pulau Kembang. Dua destinasi wisata yang sebenarnya berada di luar Banjarmasin, dimana Pasar Terapung Lok Baintan berada di Kabupaten Banjar, sedangkan Pulau Kembang berada di Kabupaten Barito Kuala. 

Banjarmasin Saat Ini, Indah Bukan? (Dokumentasi Pribadi)


Padahal, jika ditelisik lebih lanjut, potensi wisata di Banjarmasin itu nyata adanya. Perjalanan menyusuri sungai ini misalnya. Selain menawarkan pesona alam yang begitu indah dan asri, jelajah sungai kecil yang hanya mampu menampung dua klotok (sebutan perahu mesin di Pulau Kalimantan) saja ini yang membuat perjalanan di susur sungai begitu ekslusif. Belum lagi keramah-tamahan yang ditunjukkan penduduk yang tinggal di sepanjang bantaran sungai. 

Hiruk Pikuk di Pelabuhan Trisakti (Dokumentasi Pribadi)

Menariknya lagi, posisi strategis Banjarmasin yang berada tepat di tengah-tengah Indonesia menjadikan kota sungai ini sebagai salah satu jalur transit perdagangan dunia. Di masa kejayaannya, Banjarmasin tercatat sebagai pilihan lokasi transit para pedagang dari berbagai kawasan, mulai dari Melayu, Bugis, Jawa hingga Tiongkok. Penasaran dengan kesibukan lalu lintas pelabuhan di Banjarmasin? Lewati saja Pelabuhan Trisakti melalui jalur air!  



Sumber:

Vin/K-5. Banjarmasin Gelar RMJMD Jangka Menengah, diakses melalui http://www.kalimantanpost.com/banjarmasin-gelar-rpjmd-pembangunan-jangka-menengah/



Ismet F et all, Buku Kota Tematik, Menjawab Tantangan Global dan Isu Keberlanjutan. Subdirektorat Penataan Kawasan Perkotaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang / BPN, Jakarta
 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates