Minggu, 31 Desember 2017

Jelajah Bahagia Bersama Astra


Honda Astrea Grand yang diproduksi pada tahun 1997 ini merupakan sepeda motor pertama di keluarga kami. Disadari atau tidak, kendaraan roda dua berwarna hitam dengan corak kombinasi berwarna pink, ungu dan merah tua pada body bagian samping ini merupakan perantara ribuan moment bahagia keluarga kecil saya di Jogja sana. 

Senin, 04 Desember 2017

Cerita Penerbangan Pertama Bersama Traveloka


Jika ditanya apa yang pertama kali diingat seseorang ketika mendengar Banjarmasin, mungkin sebagian orang yang pernah menginjakkan kakinya di Tanah Banjar akan menjawab satu dari tiga ikon khas kota seribu sungai seperti sasirangan, patung bekantan raksasa ataupun Menara Pandang Siring Tendean. Maklum, ketiga ikon wisata tersebut terletak di lokasi yang cukup berdekatan. Kampung Sasirangan misalnya. Dari area Menara Pandang yang terletak di Jalan Kapten Tendean, sentra pembuatan kain sirang di Banjarmasin ini dapat dilaju dengan berjalan kaki dengan waktu yang cukup singkat, sekitar 10 menit saja.

Menara Pandang Siring Tendean (dokumentasi pribadi)

Jumat, 06 Oktober 2017

Peran Geospasial Dalam Mendorong Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional



“Jika dirawat dengan baik, tikar purun ini dapat bertahan hingga satu dasawarsa. Untuk membuat tikar besar dibutuhkan tiga ikat purun, dengan harga per ikat sebesar Rp 10.000. Setelah ditumbuk dan dianyam, tikar dijual seharga Rp 50.000. Di sini upah menganyam dianggap sebagai keuntungan. Sebagai pekerjaan sampingan di waktu luang, rerata keuntungan sebesar 15 hingga 20 ribu rupiah per produk tidak begitu dipermasalahkan”, begitu kira-kira informasi yang saya dapat usai berdialog dengan puluhan pengrajin purun yang tergabung dalam Kelompok Karang Lansia Sejahtera di Banjarmasin, Jum’at, 21 Juli 2017.

“Kalau tikar berwarna harganya berapa, Nek?”, tanya saya lebih lanjut.

“Sama saja, Nak”, jawabnya pelan.


Pengrajin Purun di Banjarmasin (Retno Septyorini, 2017)


Karena masih membidik segmen lokal, kalau dijual dengan harga yang lebih mahal akan kalah bersaing dengan pengrajin lain yang tidak perlu membeli bahan baku. Padahal jika mau berinovasi, bukan tidak mungkin produk purun buatan nenek-nekek Banjar yang dianyam begitu rapi dan kuat ini mampu menembus segmentasi pasar premium yang lebih luas dan terarah. Di sinilah peran kreativitas mutlak diperlukan.

Senin, 28 Agustus 2017

Rumah Tumbuh Tempat Ngangsu Kawruh Itu Bernama Jogja

Tugu Jogja


“Perbedaan itu tidak harus dikompromikan, tetapi perlu pengertian sehingga terwujud toleransi”, Sri Sultan Hamengku Buwono X (dilansir dari Republika, 2016) (1).

Sebagai kota multikultural, nuansa Jogja terasa begitu istimewa. Tidak hanya pada “raga” yang menyajikan aneka rupa tema wisata lengkap dengan segala “pemanisnya”, namun juga pada “jiwa-jiwa” yang menyediakan arena yang sebegitu nyamannya pada penghormatan atas perbedaan agama, suku maupun budaya.


Sabtu, 04 Maret 2017

Daftar Kuliner Enak Khas Jogja yang Sayang Jika Dilewatkan Begitu Saja

Banner Lomba Blog #2thGandjelRel
(sumber: www.gandjelrel.com)
Siapa sih yang mau nolak buat liburan di Jogja? Selain dikenal sebagai salah satu surga wisata murah Indonesia, pilihan wisata di Jogja terbilang melimpah. Pecinta wisata sejarah bisa menjelajah berbagai tempat bersejarah mulai dari Candi Ratu Boko, Museum Ullen Sentalu, Museum Anak Kolong Tangga hingga Keraton Jogja dan puluhan tempat menarik lainnya. Begitu pula dengan penikmat wisata alam dan fotografi. Tinggal datangi saja aneka tempat super istimewa di Jogja yang tak ada duanya seperti Gumuk Pasir, Kalibiru, puluhan pantai cantik yang tersebar dari Bantul hingga Gunungkidul atau yang terbaru, berburu keindahan sunrise dan sunset di berbagai bukit menawan di sekitar Kebun Buah Mangunan. Pokoknya mah tinggal disesuaikan saja dengan selera wisata teman-teman semua. 

Asyiknya lagi nih, Jogja juga menawarkan aneka event wisata tahunan yang gratis biaya masuk. Tinggal datang lalu nikmati saja performancenya. Penyuka musik jazz bisa rehat sejenak ke acara Ngayogjazz ataupun Jazz Mben Senen. Pecinta seni dan budaya bisa berkunjung ke Festival Kesenian Yogyakarta, Jogja Street Art Performance, Festival Gamelan Jogja hingga Pekan Budaya Tionghoa.  Begitu pula dengan penikmat kuliner kota gudeg, bisa berburu puluhan kudapan tempo dulu seperti sego wiwit, kipo, wajik ketan, sate kere, klepon dan “teman-teman”nya di event Pasar Kangen. Nggak akan ada habisnya deh kalau ngomongin soal wisata beserta sederet kuliner khas di sekitar Jogja. Mungkin berbagai alasan inilah yang membuat Jogja tetap menjadi primadona wisata di Indonesia.

***

“Terus kalau sudah di Jogja,enaknya nyicip apa ya?”.

Kalau saya ditanya begini sama teman yang mau atau sedang liburan di Jogja, maka saya akan menjawab dengan sepatah kata saja, “banyaaaaaaak!”. Gimana enggak coba, Jogja itu luas banget! Di sisi selatan ada Bantul. Pindah ke bagian barat ada Kulon Progo. Lanjut ke sisi timur ada Gunungkidul. Terus kalau mbolang ke arah utara ada Kota Jogja dan juga Sleman. Jadi mau jalan kemana bisa menentukan arah kulinerannya.

Mmmm, kalau menurutmu enaknya kulineran kemana aja Ret?”.

Kalau ditanya lebih spesifik kayak gini, saya akan menyodorkan daftar kuliner enak khas Jogja yang sayang jika dilewatkan begitu saja berikut ini. Yuk, kepoin yuk?

Sate Klatak 

Kalau ditanya musti nyicipin apa saat liburan ke Jogja, Sate Klatak-lah jawabannya. Sate paling fenomenal di Jogja ini sejatinya merupakan makanan khas dari Imogiri, Kabupaten Bantul. Kalau dari Bandara Adisucipto ataupun Stasiun Tugu, kawasan Imogiri dapat ditempuh sekitar 45 hingga 60 menit perjalanan.

Proses Pembuatan Sate Klatak

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates