Pages

Rabu, 10 Agustus 2016

Menengok Infrastruktur Jogja yang Membuatnya Kian Istimewa

Penataan Pedestrian Kawasan Malioboro (dokumentasi pribadi)
Kini siapa yang mengenal Jogja? Selain dikenal sebagai kota budaya, kota sejuta pesona ini juga dikenal sebagai kota idaman banyak pelajar Indonesia. Tak ayal, julukan kota pelajar pun melekat di kota cantik ini. Dengan berbagai keistimewaannya, tak heran jika Jogja kerap kali menghiasi panggung televisi nasional dengan berbagai liputan khas-nya.


Taman Parkir Abu Bakar Ali (dokumentasi pribadi)
Menariknya lagi, Jogja juga menjelma menjadi primadona bagi banyak wisatawan hingga sutradara kawakan. Tak ayal berbagai sudut kota cantik ini kerap menghiasi sosial media hingga bioskop ternama. Mungkinkah hal ada kaitannya dengan perbaikan infrastrukturnya yang kian hari-kian membaik? Ya mungkin saja sih. Lantas, apa saja ya kiranya yang bisa dipelajari dari “keramahan” infrastruktur di kota sejuta pesona bernama Jogja ini? Oke, diskusi bisa dimulai dari sini.

Salah Satu Syuting yang Dilakukan di Jogja. Coba Tebak Film Apa? (dokumentasi pribadi)


Mari Kita Mulai dari Malioboro
Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Jogja tanpa mampir ke Malioboro. Sebagai jantung wisata kota gudeg, Malioboro mulai banyak berbenah. Sejak tahun lalu, lahan parkir di sekitar kawasan Malioboro ditata sedemikian apiknya. Salah satu yang menyita perhatian publik adalah pembangunan lokasi parkir yang dipusatkan di Taman Parkir Abu Bakar Ali yang terletak di ujung utara Malioboro. 


Taman Parkir Abu Bakar Ali (dokumentasi pribadi)
Tercatat ada tiga akses lokasi yang dilalui untuk menuju kawasan Malioboro. Pertama dari arah Jalan Mangkubumi, kedua dari arah Kotabaru dan yang ketiga dari arah selatan yang diakses dari Jalan Mataram. Tercatat ada beberapa cara yang telah dilakukan untuk meminimalisir  kemacetan yang terjadi di kawasan Malioboro. Berbagai solusi tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan PT Kereta Api Indonesia.

Untuk mengurangi kemacetan dari arah Jalan Mangkubumi kini diberlakukan aturan baru terkait pintu masuk dan keluar untuk penumpang kereta. Kini pintu utara Stasiun Tugu yang dapat diakses dari Jalan Mangkubumi hanya difungsikan sebagai pintu masuk penumpang saja, sedangkan pintu timur yang berbatasan langsung dengan area Pasar Kembang difungsikan sebagai pintu keluar penumpang. 
Jalan Menuju Malioboro dari Arah Jalan Mangkubumi (dokumentasi pribadi)
Selain itu, saat mengantar penumpang di Stasiun Tugu pun dikenakan sistem habis antar langsung pulang. Dengan sistem drop out ini diharapkan mampu mengurai kemacetan yang kerap terjadi di kawasan Jalan Mangkubumi. Selain itu tidak lupa pula menata pula jalan dari arah Malioboro menuju ke Pasar Kembang, begitu pula sebaliknya. Jalan dari arah Pasar kembang menuju Malioboro seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Pembagian Jalan di Ujung Utara Malioboro
Kiri ke Arah Malioboro, Kanan ke Arah Pasar Kembang (dokumentasi pribadi)

Penataan parkir ini sontak membuat banyak perubahan di kawasan Malioboro. Selain terlihat lebih rapi, kini Malioboro pun terasa jauh lebih lenggang. Dengan berkurangnya volume asap karena pemusatan lahan parkir tersebut, udara di jantung wisata kota Jogja ini pun terasa lebih bersahabat. Saat ini, area yang dahulunya merupakan kantong parkir sedang dibangun menjadi kawasan pedestrian. 
Penataan Pedestrian Kawasan Malioboro (dokumentasi pribadi)


Suasana Malioboro (dokumentasi pribadi)
Selain lebih leluasa untuk pejalan kaki, kini berbagai sudut Malioboro pun cocok dijadikan lokasi selfie maupun wefie. Salah satunya adalah lahan parkir yangberada di depan mall ini.

Lokasi Parkir yang Menjelma Menjadi Spot Selfie Cantik (dokumentasi pribadi)
Dengan pemusatan lahan parkir di Taman Parkir Abu Bakar Ali, kini menikmati jajajan sore di Malioboro pun terasa jauh lebih menyenangkan. Mau beli bakpia ada. Mau beli aneka makanan ringan ada. Bahkan jika Anda sedang mencari jajanan lawas seperti cenil, klepon, getuk hingga kue putu ayu pun ada di sini. Selain lebih bersih dan nyaman, jajan di sini juga tidak bikin kantong menjadi "bolong". Sudah murah, enak lagi! Pokoknya sesuai banget dengan slogan "Pasare Resik, Dagangane Apik, Sing Tuku Ora Kecelik"!

Jajanan Pasar yang Dijual di Malioboro Saat Sore Hari (dokumentasi pribadi)
Bagaimana dengan Kawasan Wisata Lainnya?
Seperti halnya kawasan Malioboro, area sekitar Keraton Yogyakara juga menerapkan aturan terkait parkir kendaraan. Hal ini penting dilakukan untuk mengatur lalu lintas area wisata. Selain untuk menghindari kemacetan, hal ini dilakukan untuk menjaga kenyamanan wisatawan saat berkesempatan untuk berjalan-jalan di berbagai sudut kota Jogja yang begitu menawan. Tercatat ada berbagai bjek wisata andalan Jogja yang terletak tidak jauh dari kawasan Malioboro seperti Taman Pintar. Museum Anak Kolong Tangga, Museum Sonobudoyo, Keraton Yogyakarta, Taman Sari, hingga pusat oleh-oleh yang berada di sekitar Plasa Ngasem. 

Contoh Penataan Parkir di Sisi Barat Alun-Alun Utara Jogja (dokumentasi pribadi)
Menariknya lagi, di Alun-Alun Jogja, baik di Alun-Alun Utara maupun Alun-Alun Selatan juga dilengkapi dengan penanda khusus untuk mereka yang berkebutuhan khusus seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Alun-Alun Selatan (dokumentasi pribadi)

Alun-Alun Utara Jogja (dokumentasi pribadi)
Apakah Pembangunan Hanya Dilakukan di Kawasan Perkotaan Saja?
Tentu saja tidak. Di ujung paling selatan Jogja juga dibangun jalur lingkar selatan yang dapat menjadi alternatif untuk mudik atau sekedar piknik. Kebetulan kawasan jalur lingkar selatan melewati kawasan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sewaktu kuliah dulu. Giricahyo namanya. Meski secara administratif Giricahyo masuk kabupaten Gunungkidul, namun akses dari Jogja lebih enak dan dekat dilalui dari Kabupaten Bantul. Kawasan Giricahyo dapat diakses melalui jalan naik yang terletak di ujung Jalan Parangtritis.

Waktu itu saya cukup keheranan mengapa pembangunan jalur selatan Jogja ini gencar dilakukan. Bahkan setelah KKN pun, saat ingin silaturahmi di pondok tempat kami menginap, pembangunan pun masih dilakukan. Terakhir, saya dibuat kaget dengan pembangunan yang ada. Bahkan saya hampir tidak mengenal lagi jalan yang dulunya kerap saya lalui tersebut. Salah satunya karena dilakukannya pelebaran jalan di titik yang berpotensi rawan kecelakaan, yang terletak di percabangan menuju Purwosari dan Giricahyo.

Jalur lingkar selatan ini akan memudahkan wisatawan lokal seperti warga kabupaten Bantul maupun wisatawan luar kota yang ingin menikmati keindahan Gunungkidul tanpa macet. Dari jalur ini Anda dapat menikmati berbagai deretan pantai cantik Jogja seperti Laut Bekah dan deretan Pantai Baron seperti Pantai Krakal, Pantau Kukup, Pantai Sepanjang hingga Pantai Sundak. 

Keindahan Laut Bekah (dokumentasi pribadi)
Selain memudahkan wisatawan, pembangunan jalur lingkar selatan juga membuka lapangan usaha bagi masyarakat di sekitar jalan baru ini. Selain menjual bahan bakar kendaraan bermotor, tercatat ada berbagai rumah makan yang tersedia di sepanjang jalur lingkar selatan Jogja ini. Selain itu kalau mau makan mie lethek khas Bantul usai one day trip beach di Gunungkidul nggak perlu muter-muter lagi lewat Wonosari, tinggal lewat saja jalur lingkat selatan Jogja, lalu turun ke Bantul, beres. Tertarik mencoba?

Mie Lethek Khas Bantul (dokumentasi pribadi)
Terimakasih, karena jalan di Jogja sudah demikian baiknya!


Salam kenal dari Jogja
-Retno-


Artikel ini diikutkan dalam Kompetisi Blogging Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Balitbang PUPR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar