Minggu, 20 Maret 2016

Kiprah ETU dan Wardah di Panggung Virgin Australia Melbourne Fashion Festival (VAMFF) 2016

Produk ETU karya Restu Anggraini yang Dipamerkan dalam Ajang VAMFF 2016
(sumber: www.etuforvamff2016.com)
Sejak 31 Desember 2015 lalu Indonesia dan beberapa negara ASEAN telah memasuki masa perdagangan bebas regional yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berlakunya MEA ini mau tidak mau memicu persaingan yang ketat antara produk yang berada di pasar nasional hingga market skala global. Lebih jauh lagi, brand lokal asli Indonesia tidak hanya bersaing ketat dengan beragam produk sejenis yang dibuat oleh kompetitor lokal, namun juga produk serupa yang dibuat oleh negara lain atau yang dikenal dengan produk luar negeri atau produk impor.



Wardah, Brand Lokal yang Gaungnya SUdah Sampai di Berbagai Panggung Internasional
(sumber: Official Fanspage Facebook Wardah Cosmetic)
Menengok pangsa pasar nasional yang begitu besar, tentu Indonesia akan masuk dalam salah satu target pasar yang menggiurkan, tidak terkecuali dengan berbagai produk yang bersinggungan dengan kebutuhan umat muslim. Pasalnya hingga saat ini data statistik menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Melihat potensi yang demikian besar, lengkap dengan regulasi pasar bebas yang semakin memudahkan masuknya produk dari luar negeri, masyarakat luas akan semakin dimudahkan untuk memilih atau bahkan membeli beragam produk global yang dijual di market nasional atau bahkan lokal sekalipun.

Kita di MEA dan Era Perdagangan Bebas Dunia

Dahulu, di sekitar era tahun 80 atau 90-an, kebutuhan dasar manusia hanya ada 3 yaitu pangan, sandang dan papan saja. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan taraf ekonomi seseorang, kini kebutuhan dasar manusia telah mengalami pergesaran yang cukup signifikan. Meski papan, sandang dan pangan masih merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat ditinggalkan, namun ada sebuah trend tersendiri yang berada jauh di atas ketiga hal tersebut. Orang menyebutnya dengan gaya hidup atau istilah kerennya lifestyle. Lifestyle ibarat sebuah nilai yang ditorehkan masyarakat luas atas gaya hidup yang dianut oleh satu atau sekelompok orang. 


Produk ETU karya Restu Anggraini yang Dipamerkan dalam Ajang VAMFF 2016
(sumber: www.etuforvamff2016.com)

Menariknya, pilihan lifestyle seseorang tersebut mampu mengelompokkan manusia ke dalam suatu golongan tertentu. Ada kaum papa, kelompok orang biasa, kaum middle up hingga kaum jetset atau kaum papan atas yang hanya diisi oleh sebagian orang dengan kemampuan finansial yang sangat sukses. Tidak jarang sebagian orang seolah berlomba untuk diakui keberadaannya dalam kelompok masyarakat middle up ataupun golongan di atasnya. Bahkan sampai ada yang bergaya habis-habisan untuk dapat memasuki kelompok bergengsi tersebut. 


Salah Satu Produk Wardah Terbaru
(sumber: Official Fanspage Facebook Wardah Cosmetic)

Bahkan lebih jauh lagi, kini trend konsumsi sehari-hari mulai dari makanan, pemilihan kendaraan hingga fashion yang melekat di tubuh mampu menjelma menjadi “show up showroom” yang kerap dipertontonkan di berbagai media sosial pribadi. Tidak jarang pula hal ini berakhir menjadi topik yang hangat diperbincangkan lingkungan sekitar atau bahkan masyarakat luas. Jika dicermati lebih dalam lagi, hal ini ibarat dua sisi sebuah koin. Di satu sisi lifestyle mampu menjelma bak tuntutan hidup yang dapat menyetir seseorang ke sifat yang tergolong konsumsif. Menariknya, di sisi lainnya, hal tersebut mampu dijadikan peluang bisnis yang begitu menjanjikan, baik saat ini ataupun masa yang akan datang.

Antara Nasionalisme dan Realita Pasar

Salah satu tolak ukur sebuah lifestyle dapat dilihat dari penampilan seseorang. Secara garis besar, penampilan seseorang akan didominasi dengan pemilihan busana dan make up yang menunjang aktivitas sehari-hari. Dan sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tentu kebutuhan akan busana muslim dan halal make up menjadi hal yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Menariknya lagi, kini make up tidak hanya identik dengan kaum hawa saja, namun banyak pula digunakan oleh para pria yang sudah paham arti merawat diri. 

Terkait hal ini perlu dipahami bahwasanya make up sudah berkembang sedemikian pesatnya sehingga produk ini tidak hanya berupa produk dekoratif untuk make up wajah semata, namun juga meliputi beragam produk perawatan tubuh seperti deodorant, shampo, lulur hingga sabun mandi. Dengan demikian, pangsa pasar akan produk perawatan tubuh tentu akan senantiasa berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di bumi. 


Beragam Contoh Produk Kosmetika dari Wardah
(sumber: Official Fanspage Facebook Wardah Cosmetic)

Menariknya lagi, kini nasionalisme menjadi salah satu hal yang kerap dihubungkan dengan cara seseorang dalam memenuhi berbagai kebutuhan dasar sehari-hari, tidak terkecuali yang berhubungan dengan produk penunjang lifestyle tadi (kebutuhan sandang dan make up). Bukan rahasia lagi kalau wujud nasionalisme seorang warga negara Indonesia saat ini tidak lagi dilakukan dengan peperangan layaknya ribuan pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu hal yang dapat dilakukan saat ini tidak lain adalah kesadaran untuk memilih produk dalam negeri sebagai akses pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Meski terkesan sangat sepele, namun hal ini dapat berdampak sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian nasional.

Seorang konsumen tentu akan menjatuhkan pilihan pada produk dengan kualitas dan harga yang terbaik. Karena itulah para pengusaha dituntut untuk senantiasa melakukan quality control yang ketat pada setiap produk yang akan dilempar ke pasar. Selain itu para pengusaha juga wajib memperhatikan biaya produksi sehingga harga jualnya mampu bersaing dengan produk kompetitor sekaligus mampu terjangkau oleh daya beli konsumen yang ditargetkan oleh perusahaan. Disinilah peran warga negara dan nasionalisme seseorang berada. Meski demikian, tidak dibenarkan bahwa orang yang menyuki barang import lantas dikategorikan pada kelompok masyarakat dengan  rasa nasionalisme yang rendah. Karena dimanapun konsumen berada, mereka tetap menjadi raja yang bebas memilih beragam keperluan harian yang akan digunakan.

Kemajuan Lokal Brand Karya Anak Bangsa

Kabar baiknya, beberapa tahun terakhir dunia fashion muslim dari Indonesia mulai menunjukkan gaungnya di panggung internasional. Bahkan berbagai brand muslim wear hingga halal make up asli karya anak negeri telah berhasil menembus pasar global melalui berbagai ajang bergengsi berskala internasional. Salah satu yang terbaru adalah masuknya ETU dalam ajang Virgin Australia Melbourne Fashion Festival (VAMFF) yang digelar pada tanggal 07 hingga 13 Maret 2016 yang lalu.

Konferensi Pers ETU dalam MenyambutVAMFF 2016
(sumber: www.etuforvamff2016.com)
ETU dipilih sebagai local brand dari Indonesia di ajang  yang memenangi  ajang bergengsi VAMFF 2016 tidak lain karena kemenangannya dalam kompetisi sebelumnya yang bertajuk The ANZ Australia – Indonesia Young Fashion Designer Award. Ajang The ANZ Australia – Indonesia Young Fashion Designer Award sendiri merupakan hasil kerjasama Australia-Indonesia Centre, Jakarta Fashion Week, dan Femina Group. Masuknya ETU dalam ajang bergengsi VAMFF ini tentu merupakan kesempatan besar bagi industri fashion tanah air untuk memasuki pasar fashion global. Karena itulah moment bersejarah ini ibarat salah satu tonggak bagi bangsa Indonesia dalam memperkenalkan produk dalam negeri yang berkualitas di mata dunia.

Dokumentasi Kemenangan ETU di Ajang The ANZ Australia - Indonesia Young Fashion Designer Award  
(sumber: www.etuforvamff2016.com)
ETU dan Wardah

Dalam dunia fashion muslim kelas atas Indonesia, nama ETU tentu bukan brand yang asing lagi. Pasalnya, sejak awal terbentuknya di tahun 2014 lalu, brand modest wear karya desaigner berbakat Restu Anggraini ini masuk menjadi binaan FEMINA GROUP dalam program Indonesia Fashion Forward Gen III. Sebuah program binaan untuk brand lokal yang sengaja disiapkan untuk pasar global. Lihat saja berbagai model busana yang ditelorkan oleh desaigner berbakat Restu Anggraini berikut ini, tentu Anda akan dibuat kagum olehnya.


Produk ETU karya Restu Anggraini
(sumber: www.etuforvamff2016.com)


Contoh Aplikasi Produk Wardah
(sumber: Official Fanspage Facebook Wardah Cosmetic)
Contoh Produk Wardah
(sumber: Official Fanspage Facebook Wardah Cosmetic)

Dalam perkembangannya, pagelaran fashion identik pula dengan make up dekoratif yang memperkuat tema busana yang sedang dipamerkan. Dalam ajang bergengsi VAMFF 2016 kali ini, ETU bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah produk make up dari Wardah Cosmetic. Wardah merupakan produk make up halal pertama di dunia yang diproduksi oleh Paragon Technology and Inovation (PTI), sebuah perusahaan kosmetik yang  berdiri sejak tahun 1985 yang  lalu. Kini selain brand Wardah, PTI juga memiliki berbagai brand kosmetik seperti lain seperti Make Over, Puteri, IX dan juga Emina. Kalau aku pribadi sih cocok banget pakai make up dekoratif dari Wardah. 


Sebagian Produk Wardah yang Saya Gunakan
(sumber: Dokumentasi Pribadi)
Hingga kini ada beberapa produk Wardah yang aku pakai sampai saat ini seperti liquid foundation, bedak, blush on, eye shadow, lipgloss, sampai peeling sama facial mask-nya juga cocok banget. Asyiknya lagi, masker dari Wardah ini juga mudah dibilas. Aku juga suka banget sama eu de toilette yang sparks. Dengan berbagai penghargaan yang telah diperoleh baik di tingkat nasional maupun internasional, kini baik ETU maupun Wardah berhasil mengambil bagian dalam ajang internasional bertajuk VAMFF 2016. 

Virgin Australia Melbourne Fashion Festival 2016

VAMFF merupakan ajang fashion bergengsi di Australia yang diselenggarakan sejak tahun 1997 yang lalu. Di tahun 2015 yang lalu, VAMFF mampu menjaring setidaknya 350.000 pengunjung dari berbagai penjuru dunia. Hmm, bisa dibayangkan potensi pasar yang ada dalam festival ini bukan? Dalam ajang bergengsi ini, ETU bekerjasama dengan Toray Industries. Sebuah perusahaan besar di Jepang yang memproduksi produk industri berteknologi tinggi. Salah satu contoh bahan berteknologi tinggi tersebut bernama ultrasuese yang dibuat dengan teknologi ultra microfiber.

Detail Produk ETU 
(sumber: Instagram Restu Anggraini)

Umumnya suede digunakan sebagai lapisan bagian dalam tas kulit berkualitas premium. Bahan suede saja sebenarnya sudah terasa begitu lembut. Menariknya, dengan teknologi yang digunakan dalam pembuatan ultrasuede tadi, kualitas ultrasuede tersebut ternyata mampu menandingi kualitas suede asli. Hmm, bisa dibayangkan betapa lembutnya bahan ultrasuede ini bukan? Nah, sejak ditemukan oleh Toray di tahun 1970, bahan ini telah digunakan berbagai brand internasional ternama seperti Prada, Halston, Isset Miyake dan yang lainnya. Jadi dari segi bahan, ETU memang sudah menggunakan bahan dengan kualitas terbaik. Belum lagi dari sisi design. ETU memberikan pilihan design baju formal yang begitu berkelas. 

Dalam ajang VAMFF 2016 ini, ETU juga menggunakan bahan lain seperti wool, katun dan juga polyester blend. Ingin tahu keseruan karya ETU dalam ajang bergengsi ini? Berikut beberapa diantaranya!


Produk ETU karya Restu Anggraini yang Dipamerkan dalam Ajang VAMFF 2016
(sumber: Instagram Restu Anggraini)


Produk ETU karya Restu Anggraini yang Dipamerkan dalam Ajang VAMFF 2016
(sumber: Instagram Restu Anggraini)
Mengapa pagelaran VAMFF ini menjadi ajang fashion yang sangat penting untuk diperhatikan? Hal ini tidak lepas dari potensi pasar Australia akan produk fashion yang masih terbuka sangat lebar. Terkait dengan hal ini, Deputi IV Badan Ekonomi Kreatif bidang Pemasaran, Bapak Joshua M. Simandjuntak, mengatakan bahwa saat ini nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia ke Australia baru menyentuh nilai USD 176 juta per tahun. Padahal  potensi pasar fashion Australia tergolong sangat besar. Dengan jumlah muslim di Australia yang berjumlah sekitar 500.000 orang, potensi dalam dunia fashion mampu menembus angka USD 15 miliar atau Rp 202 triliun setiap tahunnya. Bisa dibayangkan lebarnya potensi pasar desainer modest wear Indonesia di negeri Kangguru ini bukan? Karena hal inilah kemunculan ETU dalam ajang VAMFF menjadi begitu penting untuk membuka pasar premium brand lokal Indonesia dalam memasuki market global.

Dengan beragam keunggulan produk dalam negeri saat ini, sudahkah Anda mengapresiasi   brand lokal karya anak bangsa? Hanya dengan membeli lokal brand asli Indonesia, minimal Anda telah mensupport keberlangsungan hidup para penggiat UMKM yang tersebar di seluruh penjuru nusantara lho! Kalau bukan kita yang support, siapa lagi?

Salam hangat dari Jogja,
Retno 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates